(Dimuat di Majalah CORET, Al Akfar Putra Indonesia, Edisi Juli 2012)
Bapalas
dan batasmiyah? Apa itu? Mari ikut saya menyelami salah satu harta budaya di
Kalimantan Tengah, yaitu tradisi pemberian nama anak, bapalas dan batasmiyah.
Saya
langsung meluncur ke kediaman Ibu Hj. Diang di Gang Rahimah, Kota Sampit,
Kabupaten Kotawaringin Timur, begitu mendengar acara ini akan dilaksanakan. Perangkat
bapalas dan batasmiyah sudah disiapkan di ruang belakang, berikut para tamu
yang telah hadir saat saya tiba di rumah beliau. Tempat yang juga digelar
Maulid Nabi Muhammad SAW. itu dihiasi bunga-bunga.
Tradisi
bapalas dan batasmiyah sejatinya merupakan tradisi yang berbeda namun
seringkali dilaksanakan satu paket. Tradisi bapalas merupakan tradisi berterima
kasih kepada bidan yang telah membantu proses kelahiran sang bayi. Lain dengan
batasmiyah, tradisi ini ialah pemberian nama bayi dengan pembacaan Ayat Suci
Al-Qur’an.
Pada
tempat acara, saya menemukan beberapa perangkat seperti peduduk, ayunan, dan perangkat tampung
tawar. Rupa-rupanya, peduduk ini
merupakan hadiah untuk sang bidan. Tuangkan beras kurang lebih 1 kg, letakkan
kelapa tua di atasnya, jadilah perangkat peduduk.
Sabut kelapa tua haruslah dikupas terlebih dahulu dengan menyisakan bagian atasnya.
Pada sabut bagian atas tersebut, ditusukkan jarum yang telah dipasangi benang. Di
sekeliling kelapa diletakkan asam jawa, garam, laos, kunyit, dan bawang
bersaudara (bawang merah dan bawang putih) secukupnya. Pasangan peduduk
ialah sajian ketan yang diletakkan satu butir telur di tengah permukaannya.
Bukan
ayunan sembarang yang digunakan pada tradisi ini. Ayunan merupakan kain kuning
yang dilapisi kain lainnya, kemudian digantung. Ayunan dipasangi hiasan yang
terbuat dari daun kelapa atau daun rumbia. Hiasan tersebut terdiri dari
berbagai macam bentuk seperti keris, payung, bola, belalang, ular, atau anyaman
lainnya. Hiasan lainnya ialah bunga dan buah-buahan. Rangkaian bunga yang
terdiri dari cempaka, kaca piring, kenanga, pandan, dan lain-lain ini dijalin
dengan daun kelapa. Buah-buahan bisa berupa kelengkeng dan rambutan. Hiasan
bunga dan buah-buahan disesuaikan dengan kemampuan tuan rumah. Namun, yang
seharusnya ada ialah pisang.
Ayunan pada Acara Bapalas dan Batasmiyah |
Sebelum
acara bapalas dimulai, bayi terlebih dahulu dimandikan dengan air bunga. Pada
acara yang digelar di rumah Ibu Hj. Diang ini, bayi dimandikan pada sore hari.
Hal ini berkaitan dengan acara yang akan digelar malam hari. Jika acara digelar
siang hari, bayi dapat dimandikan pagi harinya.
Doa-doapun
mulai dibacakan, berikut sholawat. Pada waktu yang telah ditentukan, bayi yang
direbahkan pada bantal, digendong sang ayah di tengah para tamu lelaki. Ayat
Suci Al-Qur’an pun dibacakan, berikut pemberian nama.
Saya
harus ikut berdiri ketika para undangan berdiri untuk mengucapkan sholawat
sembari bayi mungil dalam gendongan ayahnya dibawa kepada para tamu satu per
satu. Inilah saatnya tradisi tampung
tawar, yaitu masing-masing tamu membubuhkan minyak boreh ke kepala bayi dan menggunting sedikit rambutnya. Gunting
ditempatkan di dalam kelapa kuning tanpa membuang airnya. Minyak boreh yang digunakan dicampur dengan air dan diletakkan
beserta daun pisang yang digunakan untuk menabur minyak di kepala bayi.
Sholawat diakhiri setelah bayi sudah dimampirkan ke semua tamu.
Perangkat Tampung Tawar |
Saya
agak kaget, setelah proses tampung tawar, ayunan kemudian dirubungi tamu
wanita. Buah-buahan yang menggantung pun menjadi rebutan. Buah-buahan tersebut
dipercaya membawa berkah atau sebagai penerang hati jika dimakan.
Sesi
selanjutnya ialah mengayun bayi oleh sang ibu sembari para tamu kembali memanjatkan
doa. Menurut Ibu Galuh, salah satu kerabat pada acara tersebut, ayunan baru
boleh dilepas tiga hari setelah acara dilaksanakan.
Bayi yang Telah Ditampung Tawar Diayun |
Acara
ditutup dengan hidangan-hidangan. Hem.. Inilah saat menyenangkan bagi saya,
menikmati hidangan khas bapalas, yaitu kue cucur, apem, ketan, dan inti (kelapa
parut yang dicampur gula merah).
Lalu
bagaimana jika kelahiran dibantu pihak rumah sakit?
“Peduduk
diberikan ke kerabat yang dituakan.” Jawab Galuh yang berperan membantu
pekerjaan dapur.
Tradisi
bapalas dan batasmiyah merupakan tradisi Suku Banjar (Kalimantan Selatan) yang
juga banyak tinggal di Kota Sampit, Kalimantan Tengah. Tradisi ini dilaksanakan
sebagai rasa syukur kepada Allah SWT. atas kelahiran sang bayi dan mengharapkan
keberuntungan selalu menyertainya.
Download 2B, Novel Karya Maulida Azizah dan Ummu Rahayu di http://pustaka-ebook.com/pnbb-e-book-22-2b-sebuah-novel/
Download 2B, Novel Karya Maulida Azizah dan Ummu Rahayu di http://pustaka-ebook.com/pnbb-e-book-22-2b-sebuah-novel/