Sabtu, 16 Juli 2016

3 Alasan Penulis Tidak Mau Pamer Buku Bacaannya


Mungkin ada yang pernah berpikir: orang ini ngaku penulis tapi sepertinya kok tidak banyak membaca? Atau: Anda diwejangi banyak baca tapi setelah stalking tidak banyak posting tentang buku di akun si penulis. 

Well, saya berani bilang kebiasaan membaca adalah hukum absolut bagi penulis yang ingin karyanya berkualitas tapi bukan berarti harus mempelihatkan apa saja yang pernah ia baca. Jangan kaget ketika melihat langsung atau via sosmed orang itu biasa saja, tapi pas nengok ruang pribadinya malah seperti perpustakaan. Ada beberapa alasan mereka tidak memperlihatkan koleksi bukunya. 

Orangnya memang tidak suka pamer, tidak mau dibilang sombong, atau malah minder.
Ada banyak penulis yang lebih memilih banyak melakukan hal lain dibanding update status sosmed atau lebih banyak mewarnai timeline-nya dengan tulisan (ya kan penulis). Sebagian dari mereka berpikir apa yang dibaca toh akan direfleksikan lewat kualitas tulisan. 

Beda hal lagi dengan penulis yang ingin melatih kemampuannya lewat menceritakan apa yang sudah ia baca, hanya ingin berbagi ilmu dari hasil bacaan, atau profesinya memang resensor. 

Sebagian dari mereka juga tidak mau dibilang sombong mentang-mentang hobi baca, mentang-mentang bisa beli buku, sok penulis, sok hobi baca, narsis, dan lain-lain. Atau, orangnya sudah suka baca dari kecil sehingga itu dianggap biasa. Nah tapi ada satu lagi nih, sebagian yang malah minder kalau pamer buku-bukunya. 

Sebagian besar teman atau follower akun penulis biasanya sama-sama penulis atau sama-sama penggila baca. Inilah yang membuat minder karena koleksi buku kawan-kawannya bisa saja jauh jauh lebih banyak, lebih beragam, dan lebih keren (dalam perspektif masing-masing). Jadi sekedar gini lho, pas posting koleksi buku trus ada yang nyeletuk dalam hati: ‘hadeh baru segitu doang’, ‘koleksinya mah cetek’, ‘hmmm bacaannya ringan’, dan seterusnya. 

Asik juga kalau bisa cuek dengan hal-hal ini, yang penting niatnya baik kan ya. Siapa tahu bisa memotivasi yang lain juga buat baca.

Males dipinjam
Nah ini ni, ngaku deh hahahahaha. Ada orang yang baik hati tapi ada juga orang yang pelit (bisa dibilang pelit nggak ya?). Bagi seorang penulis, buku sangatlah berharga, bahkan bisa lebih dari koleksi sepatu atau gadget-nya, apalagi buku itu berkualitas dan langka bagaikan batangan emas yang harus disimpan di brankas. 

Kalau pamer, resikonya, akan menuai komen: pinjam dong! Atau pas kumpul-kumpul ada yang nyeletuk ‘eh kemaren aku lihat posting bukumu, boleh pinjam?’. Kalau sudah begini, nggak enak kan ya.... 

Well, ada peminjam yang peka ada juga yang nggak atau malah nggak peduli (saya juga pernah melakukan kesalahan itu hehe). Buku yang sudah dipinjam kadang tidak dikembalikan atau minimal berubah bentuk. 

Perubahan bisa terjadi karena cara orang memperlakukan buku beda-beda. Ada yang super hati-hati sampai buka buku aja nggak boleh dilengkungkan, ada yang masa bodo nggak peduli cover-nya lecek. 

Atau, dikembalikannya lama hingga bertahun-tahun dan perlu dikontak sering-sering dulu atau malah yang meminjamkan yang harus menjemput bukunya. Ada juga peminjam yang emang niatnya jahil, mumpung bukunya bagus ingin dimiliki secara perlahan-lahan wkwkwkwkwk. 

Tidak mau dibilang kaum kanan, kiri, depan, belakang, atas, bawah
Ada yang berpikir, apa yang dibaca seseorang mencerminkan ideologinya? Hum... Belum tentu sih. Bisa saja orang itu membaca buku di luar ideologinya untuk kepentingan yang lain misalnya pekerjaan. Bisa saja orang itu membaca buku ideologi seberang untuk memperkuat ideologi pribadinya. Bisa saja orang itu membaca buku ideologi seberang agar tidak menghakimi sepihak. Bisa saja orang itu membaca ideologi seberang agar tulisannya semakin kaya. Bisa saja orang itu sedang mencari kebenaran. Bisa saja ada alasan lain. Ya, bisa saja.

Jadi, saya masuk yang mana? Rahasia! Hahahahaha, yang jelas saya bukanlah orang yang tidak luput dari hitam putih kehidupan ece elleeehhhh. Share yak kalau ada tipe lainnya.

3 komentar:

  1. wakakakak kalau bukan karena tidak mau pamer atau bukan karena takut dibilang alirang kanan, kiri, depan, belakang mbak... tapi memang gak punya buku wkwkwk

    BalasHapus
  2. Nyiahahaha sori dori mori baru liat komennya mbak dee, nah itu lain soal karena ga ada yang bisa dipamerin :v

    BalasHapus
  3. Nyiahahaha sori dori mori baru liat komennya mbak dee, nah itu lain soal karena ga ada yang bisa dipamerin :v

    BalasHapus