Mungkin ada yang
pernah berpikir: orang ini ngaku penulis tapi sepertinya kok tidak banyak
membaca? Atau: Anda diwejangi banyak baca tapi setelah stalking tidak banyak posting
tentang buku di akun si penulis.
Well,
saya berani bilang kebiasaan membaca adalah hukum absolut bagi penulis yang
ingin karyanya berkualitas tapi bukan berarti harus mempelihatkan apa saja yang
pernah ia baca. Jangan kaget ketika melihat langsung atau via sosmed orang itu
biasa saja, tapi pas nengok ruang pribadinya malah seperti perpustakaan. Ada
beberapa alasan mereka tidak memperlihatkan koleksi bukunya.
Orangnya memang tidak suka pamer, tidak mau dibilang
sombong, atau malah minder.
Ada banyak penulis
yang lebih memilih banyak melakukan hal lain dibanding update status sosmed atau lebih banyak mewarnai timeline-nya dengan tulisan (ya kan
penulis). Sebagian dari mereka berpikir apa yang dibaca toh akan direfleksikan
lewat kualitas tulisan.
Beda hal lagi dengan penulis yang ingin melatih kemampuannya lewat menceritakan apa yang sudah ia baca, hanya ingin berbagi ilmu dari hasil bacaan, atau profesinya memang resensor.
Beda hal lagi dengan penulis yang ingin melatih kemampuannya lewat menceritakan apa yang sudah ia baca, hanya ingin berbagi ilmu dari hasil bacaan, atau profesinya memang resensor.
Sebagian dari mereka
juga tidak mau dibilang sombong mentang-mentang hobi baca, mentang-mentang bisa
beli buku, sok penulis, sok hobi baca, narsis, dan lain-lain. Atau, orangnya sudah suka baca dari kecil sehingga itu dianggap biasa. Nah tapi ada satu
lagi nih, sebagian yang malah minder kalau pamer buku-bukunya.
Sebagian besar teman
atau follower akun penulis biasanya
sama-sama penulis atau sama-sama penggila baca. Inilah yang membuat minder
karena koleksi buku kawan-kawannya bisa saja jauh jauh lebih banyak, lebih
beragam, dan lebih keren (dalam perspektif masing-masing). Jadi sekedar gini
lho, pas posting koleksi buku trus
ada yang nyeletuk dalam hati: ‘hadeh baru segitu doang’, ‘koleksinya mah cetek’,
‘hmmm bacaannya ringan’, dan seterusnya.
Asik juga kalau bisa
cuek dengan hal-hal ini, yang penting niatnya baik kan ya. Siapa tahu bisa
memotivasi yang lain juga buat baca.
Males dipinjam
Nah ini ni, ngaku
deh hahahahaha. Ada orang yang baik hati tapi ada juga orang yang pelit (bisa
dibilang pelit nggak ya?). Bagi seorang penulis, buku sangatlah berharga,
bahkan bisa lebih dari koleksi sepatu atau gadget-nya,
apalagi buku itu berkualitas dan langka bagaikan batangan emas yang harus
disimpan di brankas.
Kalau pamer,
resikonya, akan menuai komen: pinjam dong! Atau pas kumpul-kumpul ada yang
nyeletuk ‘eh kemaren aku lihat posting bukumu,
boleh pinjam?’. Kalau sudah begini, nggak enak kan ya....
Well, ada
peminjam yang peka ada juga yang nggak atau malah nggak peduli (saya juga
pernah melakukan kesalahan itu hehe). Buku yang sudah dipinjam kadang tidak
dikembalikan atau minimal berubah bentuk.
Perubahan bisa
terjadi karena cara orang memperlakukan buku beda-beda. Ada yang super
hati-hati sampai buka buku aja nggak boleh dilengkungkan, ada yang masa bodo
nggak peduli cover-nya lecek.
Atau,
dikembalikannya lama hingga bertahun-tahun dan perlu dikontak sering-sering
dulu atau malah yang meminjamkan yang harus menjemput bukunya. Ada juga
peminjam yang emang niatnya jahil, mumpung bukunya bagus ingin dimiliki secara
perlahan-lahan wkwkwkwkwk.
Tidak mau dibilang kaum kanan, kiri, depan, belakang,
atas, bawah
Ada yang berpikir,
apa yang dibaca seseorang mencerminkan ideologinya? Hum... Belum tentu sih. Bisa
saja orang itu membaca buku di luar ideologinya untuk kepentingan yang lain
misalnya pekerjaan. Bisa saja orang itu membaca buku ideologi seberang untuk
memperkuat ideologi pribadinya. Bisa saja orang itu membaca buku ideologi
seberang agar tidak menghakimi sepihak. Bisa saja orang itu membaca ideologi
seberang agar tulisannya semakin kaya. Bisa saja orang itu sedang mencari
kebenaran. Bisa saja ada alasan lain. Ya, bisa saja.
Jadi, saya masuk
yang mana? Rahasia! Hahahahaha, yang jelas saya bukanlah orang yang tidak luput
dari hitam putih kehidupan ece elleeehhhh. Share
yak kalau ada tipe lainnya.
wakakakak kalau bukan karena tidak mau pamer atau bukan karena takut dibilang alirang kanan, kiri, depan, belakang mbak... tapi memang gak punya buku wkwkwk
BalasHapusNyiahahaha sori dori mori baru liat komennya mbak dee, nah itu lain soal karena ga ada yang bisa dipamerin :v
BalasHapusNyiahahaha sori dori mori baru liat komennya mbak dee, nah itu lain soal karena ga ada yang bisa dipamerin :v
BalasHapus