Sabtu, 25 Februari 2012

WISATA BUDAYA SUKU DAYAK PONDOK DAMAR*

 Mayoritas penduduk Desa Pondok Damar merupakan Suku Dayak Ngaju. Mayoritas penduduk tersebut merupakan pemeluk Agama Kaharingan. Memasuki Desa Pondok Damar, suasana religi Agama Kaharingan begitu terasa bagi saya.
Liburan ramadhan tahun lalu saya habiskan dengan berwisata budaya, desa di Kalimantan Tengah. Desa Pondok Damar, yang berada 55 Km dari Kota Sampit. Perjalanan ke desa itu dapat dilakukan dengan menggunakan mobil. Desa Pondok Damar merupakan desa yang masih kental dengan adat-istiadat Suku Dayak. Hal ini sesuai dengan mayoritas penduduk desa tersebut yang merupakan Suku Dayak.
Mayoritas penduduk Desa Pondok Damar merupakan pemeluk Agama Kaharingan. Agama tersebut termasuk ke dalam Agama Hindu. Memasuki permukiman penduduk, suasana religi Agama Kaharingan begitu terasa bagi saya. Dengan keramahan penduduknya, saya menikmati suasana permukiman yang terdiri dari rumah panggung tersebut.
Saya lalu mengunjungi kediaman salah satu perangkat Desa Pondok Damar, Bapak Nengadi. Beliau merupakan Kepala Urusan (Kaur Umum) yang mendampingi saya mengunjungi ruang-ruang religi Desa Pondok Damar. Beliau yang kemudian menjelaskan kepada saya terkait objek-objek Agama Kaharingan yang saya kunjungi berikut ini.

Rumah Panggung
Rumah panggung merupakan model mayoritas rumah di Desa Pondok Damar. Lantai rumah penduduk pada umumnya berada lebih dari 40 cm dari bahkan mencapai 1 m dari permukaan tanah. Bagian bawah lantai dasar tersebut merupakan ruang kosong. Untuk mencapai teras atau pintu rumah, pada umumnya terdapat anak tangga pada bagian depan rumah tersebut.

Sapundu
Pertama kali memasuki area permukiman Desa Pondok Damar, saya terkesan dengan tiang-tiang yang terdapat di sebagian besar rumah penduduk. Bahan tiang tersebut ialah kayu ulin yang dapat bertahan hingga ratusan tahun.
“Tujuannya ya, agar tahan lama.” Jelas Bapak Nengadi kepada saya saat kami mengunjungi area pemakaman.
Tiang-tiang tersebut dibentuk menjadi manusia yang berdiri di atas linkaran kayu. Tinggi tiang tersebut berbeda-beda. Wujud manusia pada tiang tersebut dilukis dengan cat kayu menjadi wujud seni yang cantik. Manusia tersebut dilukis menjadi bag menggunakan pakaian khas Suku Dayak.
Sapundu dibuat saat persiapan pemakaman atau upacara kematian jenazah yang disebut upacara tiwah. Sapundu dibuat berpasangan yang sebagian diletakkan di samping Sandung dan sebagian lainnya, yang merupakan tempat mengikat hewan kurban pada upacara tiwah, diletakkan pada lokasi lainnya. Setiap Sapundu yang diletakkan di samping Sandung dihadapkan ke arah matahari terbenam atau ke arah barat. 
Sapundu yang dipersiapkan untuk mengikat hewan kurban dan Sandung 




Sapundu yang diletakkan di samping Sandung 

Raong
Selain Sapundu, terdapat rumah kecil di halaman depan, di hampir semua rumah penduduk. Rumah kecil ini disebut raong (baca: raung). Pada raong tersebut terdapat kendi atau wadah abu jenazah. Raong merupakan salah satu jenis sandung.
Raong 
Balai Basarah dan Balai Ritual
Dari kediaman Bapak Nengadi, saya diantar untuk mengunjungi tempat ibadah Agama Kaharingan di Desa Pondok Damar tersebut. Tempat sederhana tersebut disebut dengan Balai Basarah. Kepada saya, Bapak Nengadi menjelaskan terkait kitab yang digunakan Agama Kaharingan, yaitu Kitab Panaturan. Selain Balai Basarah, saya juga didampingi untuk  mengunjungi Balai Ritual. Pada balai ini dilakukan rapat-rapat adat. 
Balai Basarah di Desa Pondok Damar

Balai Ritual di Desa Pondok Damar
 Sandung Tulang
Bagian paling menarik dari perjalanan saya ini ialah saat mengunjungi area pemakaman pemeluk Kaharingan tidak jauh dari permukiman penduduk. Area pemakaman ini berlokasi tepat di seberang Balai Ritual dan Balai Basarah. Pada area ini terdapat Rumah-Rumah Betang mini yang terbuat dari kayu ulin. Masing-masing rumah dilukis dengan motif yang berbeda-beda. Rumah inilah yang disebut Sandung Tulang, yaitu tempat tulang belulang jenazah. Tempat ini diperuntukkan bagi satu keluarga yang mengikuti garis keturunan ayah.
“Hanya ahli waris yang berhak masuk ke dalam situ.” Kata Bapak Nengadi.
Di samping kiri dan kanan Sandung terdapat tiang Sapundu. Pada Sandung tersebut juga terdapat keranjang yang dibuat dari bambu. Tanggal wafat jenazah tertera pada Sandung tersebut. Sandung juga dibuat dengan Kayu Taliben. Tidak heran jika terdapat Sandung yang usianya sudah ratusan tahun.


Berbagai tipe Sandung di Desa Pondok Damar
 
Lungun
Ketika saya berkunjung ke desa tersebut upacara tiwah bagi salah satu penduduk tengah dipersiapkan. Sayapun berkunjung ke rumah duka. Di ruang depan rumah panggung tersebut, lungun (peti jenazah) diletakkan. Lungun  tersebut berbentuk seperti perahu mini yang dilukis pada bagian luarnya. Pada lungun inilah jenazah disemayamkan sembari menunggu hari pemakaman atau upacara tiwah tiba. 



*Dipublikasikan di Majalah Solid Edisi 51/2012

2 komentar:

  1. ngeri juga mengingat "raong" berada dekat dengan rumahku..T_T yg trnyta adlah t4 abu jenazah..

    BalasHapus
  2. wahahahahhaha ngerian mana di higa rumah ada raong kah di higa rumah ada kuburan?

    BalasHapus