http://lajewishguide.com/ |
Kata siapa
main billiard itu jelek, apalagi
untuk perempuan? Itu menurut sebagian orang, entah besar atau kecil. Sejatinya,
kaum hawa bisa bermain aman di tempat yang bukan sembarang. Malah, olahraga ini
menunjukkan seseorang tentang siapa dirinya. Billiard dapat memberitahu bagaimana sifat Anda dalam mengambil
keputusan.
Hal
tersebut saya alami saat melakoninya. Saya sendiri bukan pemain ahli, cukup
bisa menyodok dan mengenal strategi dasar. Billiard
hanya jadi obat galau dan happy bersama
teman-teman.
Permainan
itu membuat saya sadar akan sifat yang cenderung sembrono dalam mengambil
keputusan. Kurang strategis, salah perhitungan, alias tidak sabaran. Refleksi
ini muncul ketika saya membandingkan dengan permainan kawan-kawan.
Ada
seorang yang begitu ajeg menyusun
strategi sebelum menembak sasaran. Tatapannya melekat pada bola. Gerakan
tangannya maju mundur beberapa kali. Wajahnya tenang lalu tek… bola
masuk ke lubang.
Orang
ini memang tidak pernah melakukan parkir apalagi jump shoot, tapi suka bermain sudut. Dalam menentukan derajat
tembak dia jarang mengukur dengan stick.
Namun, ketenangan dalam menyusun kekuatan tembak itu yang membuat ia selalu
dapat poin. Pukulannya jarang lolos.
Beda
lagi dengan kawan satunya. Orang ini memang sudah sering main billiard. Kalau menembak tepian meja
untuk mencapai sebuah bola, dia akan mengukur dengan stick. Orang ini termasuk berhasil karena sudah banyak latihan.
Kawan
yang satu lagi, memang tidak menguasai strategi macam-macam. Cuma, tembakan dia
tetap saja lebih banyak masuk daripada saya. Orang ini memukul bola seperti
tanpa beban.
Lain
halnya dengan saya hehehehe. Kawan pertama tadi pernah nyeletuk “Ya’am kam to
menyodok bahapal.” Artinya, “Kamu itu memang ya, kalau nyodok sembarangan.” Tidak pakai perhitungan. Tidak sabaran. Kalau
kalian melihat saya bermain mungkin juga akan bilang begitu.
Sebelum
menembak saya juga sudah mengeker. Saya juga sudah pakai dua mata. Saya pernah
salah membuat ancang-ancang dengan satu mata. Tapi tetap saja, bola saya banyak
yang gagal, bahkan untuk garis lurus. Terlalu kencang, terlalu lemah. Jarang
pas, padahal juga sudah beberapa kali main.
Saat
dia nyeletuk begitu, saya baru sadar, oh, begini ya pola
pikir saya? Tergesa-gesa. Kurang perhitungan. Terlalu yakin atau tidak peduli
bakal berhasil tidaknya. Memang, saat menyentak bola saya ada pikiran begitu.
Pasti masuk, atau ah bodo amat, ane mau cepat nyodok bola.
Saya
rasakan tangan ini tidak sabar menembak. Menyerah dengan berbagai opsi strategi
dalam pikiran dan perasaan tidak yakin. Masuk atau tidak toh tak ada hadiah
atau hukumannya. Begitu bergerak muncul ragu tapi stick terlanjur menabrak bola. Akhirnya gerakan jadi patah. Kalau
beruntung ya masuk, banyak zonk, main
sudut tak pernah berhasil.
Pernah
juga terlalu yakin karena garisnya sudah lurus. Tahu-tahu sasaran hanya menabrak
siku meja, kembali ke tengah. Tembakan terlalu kencang, Sayang. Mungkin itu bisa
diterjemahkan dengan: menggampangkan sesuatu yang terlihat gampang.
Hummm…. Jadi
begitu apa yang saya pelajari dari main billiard.
Dari situ, saya mulai memperbaiki cara dalam mengambil keputusan. Berusaha
menenangkan diri dan mempertimbangkan masak-masak. Meski tak ada konsekuensi
dalam sebuah permainan itu melatih pribadi kita dalam konteks lain nanti. Sudah
ya, semoga tulisan ini bisa jadi pelajaran bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar