Selasa, 29 September 2015

RIP Si Rakus



 
Si Rakus pas lagi tidur dengan posisi anehnya. Emang pewe ya?

RIP kucing ane yang paling kecil. Hari ini mengenang tiba-tiba perginya. 
Kucing ane ini cukup unik di antara lainnya. Kecil-kecil cabe rawit. Badannya emang paling mungil tapi makannya paling rakus. Bayangin aja, kalau ane lagi pada suapin kitten lainnya, kucing satu ini yang paling semangat merebut makanan.

Tampangnya selalu kelaparan, kayak kucing kurang makan, padahal juga tiga kali sehari ane kasih pakai ikan rebus pula. Kalau ane kasi makan dari luar kandang, kucing satu ini tangannya paling panjang. Gigih naik-naik ke tepi kotak tempat tidurnya.

Kukunya yang tajam suka menggores jari sama betis ane biar disuapin duluan. Sekali ngunyah cepat amat habisnya lalu menyorong mulutnya ke dekat kitten lain yang lagi ane suapin. Kalau nggak ya, tangannya menggapai-gapai sambil meong-meong nggak sabaran.

Apalagi pas makan di piring. Bah, ini almarhum kucing paling serakah. Badannya hampir masuk semua di piring. Anak kucing lainnya kehabisan tempat. Dipindah, balik lagi dia.

Kalau minta makan, sok-sokan ngeong-ngeong juga. Lari-lari datangin ane. Tapi mending sih, ngeong-nya bukan kayak orang ngomel, kayak sodaranya.
Satu lagi, ni kucing suka banget duduk di pangkuan. Mau di bawah, atawa lagi duduk di kursi, dia bakal naik ke paha kita dan dengan santainya diem di situ. Mau lagi nonton TV, lagi masak, tetap aja dia pengen nongkrong di situ.

Cuma Ya Allah Kucing satu ini paling jorok emang. Kalau berak nggak bisa membedakan mana lantai bersih sama e’ek-nya. Itu benda lunak suka nempel di ekornya. Yang namanya peliharaan, kayak anak sendiri, mau tak mau dibersihkan lah.

Sayang, ane kira ini kucing bakal baik-baik aja, fisiknya lebih kuat dari yang lain. Soalnya, nafsu makannya itu yang aiihhh aiiihh Rupanya, sesuatu terjadi.

Malam tadi, itu kucing sebenarnya masih lincah aja. Masih minta makan, masih rakus. Memang, sudah dua hari para kitten ane taruh di luar rumah. Maunya biar nggak repot bersihkan kandangnya, biar kalau malam dia eek di tanah. Pas emaknya mau ngajarin cari tikus juga lebih gampang kan. Ane pikir, toh kucing bisa mencari tempat hangat dengan sendirinya. Tahu-tahu pilek mereka tambah parah. Ane kandangin lagi dah di dalam rumah.

Setelah insiden tidur di luar rumah, ini kucing suka nongkrong di antara dua kompor pas lagi masak. Nggak enak badan mungkin ya, makanya mencari kehangatan.

Subuh tadi, dia juga masih baik-baik aja. Ane keluarin dari kandang, ikut emaknya main tikus, ane tutup pintu biar nggak masuk rumah. Paginya Pas mau dikasi makan, kok Si Rakus tumben nggak nongol. Ane cari di tempat persembunyian biasa kalau dia lagi di luar rumah. Ketemu, tapi masih berbaring.

Ane angkat, taruh di dekat piring makan. Dia sempat nyium dan badannya masuk piring, tapi kok balik lagi. Pas jalan eh terhuyung-huyung. Sebelah kakinya kayak nggak imbang lalu meringkuk di atas karpet bekas. Sedih juga pas dia nggak menghiraukan makanan yang ane pancing ke mulutnya.

Ane kira masalah di kakinya, tapi kok keluar kotoran dari p*nt*t-nya tapi doi nggak bisa nungging. Kena diare kali ya? Kata sebuah forum, kalau kucing sakit, baiknya taruh di dekat kompor supaya hangat.

Ane ambil kotak kecil, alasi kertas, masukin kain bekas, terus naruh Si Rakus dalam situ. Kotaknya ane posisikan di sebelah kompor yang menyala. Ane tinggal sembari garap kerjaan dan berharap doi baikan biar bisa dikasi makan.

Sekitar tiga jam berlalu, ane kaget, posisinya berubah ke samping dengan mulut menganga. Astaga, tambah parah. Perutnya semakin kempis. Nafasnya kayak tersedak gitu. Kadang-kadang perutnya naik-turun kalem tapi sesekali menyentak.

Wah ini kucing bakalan mati. Nyesal juga kok nggak terpikir cekoki dia dengan air kelapa. Ada kelapa emang di rumah. Tapi, gimana kalo ternyata dia bukan keracunan (gara-gara tikus) tapi diare, kan tambah parah. Cuma, melihat kondisinya memang tidak tertolong, tinggal menunggu ajal.

Si Majikannya ini pun bingung, apa penyebab dia begini? Karena ane bersihkan punggungnya dari tahi tadi malam & kemarin malam lalu dia kedinginan? Karena dibiarkan tidur di luar dua hari? Atau, keracunan? Padahal, baru subuh tadi dia ceria.

Semakin lama, semakin pelan nafasnya. Tersedaknya makin kuat. Ane pun harus ke pasar dan sepulangya, dia juga berpulang pada Sang Pencipta. Selamat tinggal kucing ane yang paling ngerepotin tapi unik. Semoga kamu tetap rakus di akhirat sana.


Kenangan
Ada satu memori yang manis tentang kamu, Kitty. Saat adik ane membuang semua anak kucing dan dia tidak mau memberitahu di mana... Sambil nangis, ane cari di tempat yang memungkinkan, naik motor tengok kiri-kanan. 

Si Rakuslah yang pertama kali ane temukan. Dia ngeong-ngeong di atas dinding selokan, depan rumah orang. Dari jauh aja ane sudah bisa mengenali doi. Ane peluk, tepuk-tepuk, dan mencari tiga lainnya. Nggak lama, semua kitten ketemu, di lokasi yang tidak jauh dari Si Rakus. 


1 komentar: