RIP kucing ane yang paling kecil. Hari ini
mengenang tiba-tiba perginya.
Kucing
ane ini cukup unik di antara lainnya. Kecil-kecil cabe rawit. Badannya emang
paling mungil tapi makannya paling rakus. Bayangin aja, kalau ane lagi pada
suapin kitten lainnya, kucing satu
ini yang paling semangat merebut makanan.
Tampangnya
selalu kelaparan, kayak kucing kurang makan, padahal juga tiga kali sehari ane
kasih pakai ikan rebus pula. Kalau ane kasi makan dari luar kandang, kucing
satu ini tangannya paling panjang. Gigih naik-naik ke tepi kotak tempat
tidurnya.
Kukunya
yang tajam suka menggores jari sama betis ane biar disuapin duluan. Sekali ngunyah cepat amat habisnya lalu
menyorong mulutnya ke dekat kitten lain
yang lagi ane suapin. Kalau nggak ya,
tangannya menggapai-gapai sambil meong-meong nggak sabaran.
Apalagi
pas makan di piring. Bah, ini almarhum kucing paling serakah. Badannya hampir
masuk semua di piring. Anak kucing lainnya kehabisan tempat. Dipindah, balik
lagi dia.
Kalau
minta makan, sok-sokan ngeong-ngeong juga.
Lari-lari datangin ane. Tapi mending sih, ngeong-nya
bukan kayak orang ngomel, kayak
sodaranya.
Satu
lagi, ni kucing suka banget duduk di pangkuan. Mau di bawah, atawa lagi duduk
di kursi, dia bakal naik ke paha kita dan dengan santainya diem di situ. Mau
lagi nonton TV, lagi masak, tetap aja dia pengen nongkrong di situ.
Cuma Ya
Allah… Kucing
satu ini paling jorok emang. Kalau berak nggak
bisa membedakan mana lantai bersih sama e’ek-nya.
Itu benda lunak suka nempel di ekornya. Yang namanya peliharaan, kayak anak
sendiri, mau tak mau dibersihkan lah.
Sayang,
ane kira ini kucing bakal baik-baik aja, fisiknya lebih kuat dari yang lain.
Soalnya, nafsu makannya itu yang aiihhh
aiiihh… Rupanya, sesuatu terjadi.
Malam
tadi, itu kucing sebenarnya masih lincah aja. Masih minta makan, masih rakus.
Memang, sudah dua hari para kitten ane
taruh di luar rumah. Maunya biar nggak repot
bersihkan kandangnya, biar kalau malam dia eek
di tanah. Pas emaknya mau ngajarin cari tikus juga lebih gampang kan. Ane
pikir, toh kucing bisa mencari tempat
hangat dengan sendirinya. Tahu-tahu pilek mereka tambah parah. Ane kandangin
lagi dah di dalam rumah.
Setelah
insiden tidur di luar rumah, ini kucing suka nongkrong di antara dua kompor pas
lagi masak. Nggak enak badan mungkin
ya, makanya mencari kehangatan.
Subuh
tadi, dia juga masih baik-baik aja. Ane keluarin dari kandang, ikut emaknya
main tikus, ane tutup pintu biar nggak masuk
rumah. Paginya… Pas mau dikasi makan, kok Si Rakus tumben nggak nongol. Ane cari di tempat
persembunyian biasa kalau dia lagi di luar rumah. Ketemu, tapi masih berbaring.
Ane
angkat, taruh di dekat piring makan. Dia sempat nyium dan badannya masuk piring, tapi kok balik lagi. Pas jalan eh
terhuyung-huyung. Sebelah kakinya kayak nggak
imbang lalu meringkuk di atas karpet bekas. Sedih juga pas dia nggak menghiraukan makanan yang ane pancing ke mulutnya.
Ane
kira masalah di kakinya, tapi kok keluar kotoran dari p*nt*t-nya tapi doi nggak bisa nungging. Kena diare kali ya?
Kata sebuah forum, kalau kucing sakit, baiknya taruh di dekat kompor supaya
hangat.
Ane
ambil kotak kecil, alasi kertas, masukin kain bekas, terus naruh Si Rakus dalam
situ. Kotaknya ane posisikan di sebelah kompor yang menyala. Ane tinggal
sembari garap kerjaan dan berharap doi baikan biar bisa dikasi makan.
Sekitar
tiga jam berlalu, ane kaget, posisinya berubah ke samping dengan mulut menganga.
Astaga, tambah parah. Perutnya semakin kempis. Nafasnya kayak tersedak gitu.
Kadang-kadang perutnya naik-turun kalem tapi sesekali menyentak.
Wah ini
kucing bakalan mati. Nyesal juga kok nggak terpikir cekoki dia dengan air
kelapa. Ada kelapa emang di rumah. Tapi, gimana kalo ternyata dia bukan keracunan
(gara-gara tikus) tapi diare, kan tambah parah. Cuma, melihat kondisinya memang
tidak tertolong, tinggal menunggu ajal.
Si
Majikannya ini pun bingung, apa penyebab dia begini? Karena ane bersihkan
punggungnya dari tahi tadi malam & kemarin malam lalu dia kedinginan? Karena
dibiarkan tidur di luar dua hari? Atau, keracunan? Padahal, baru subuh tadi dia
ceria.
Semakin
lama, semakin pelan nafasnya. Tersedaknya makin kuat. Ane pun harus ke pasar
dan sepulangya, dia juga berpulang pada Sang Pencipta. Selamat tinggal kucing
ane yang paling ngerepotin tapi unik.
Semoga kamu tetap rakus di akhirat sana.
Kenangan
Ada satu memori yang manis tentang kamu, Kitty. Saat adik ane membuang semua anak kucing dan dia tidak mau memberitahu di mana... Sambil nangis, ane cari di tempat yang memungkinkan, naik motor tengok kiri-kanan.
Si Rakuslah yang pertama kali ane temukan. Dia ngeong-ngeong di atas dinding selokan, depan rumah orang. Dari jauh aja ane sudah bisa mengenali doi. Ane peluk, tepuk-tepuk, dan mencari tiga lainnya. Nggak lama, semua kitten ketemu, di lokasi yang tidak jauh dari Si Rakus.
Mau ta kasih kitty banyak? Sebelahku pasar
BalasHapus